Jumat, 17 Juni 2011

Thank God I Found You


Mariah Carey featuring joe & 98 degrees


I would give up everything
Before I’d separate myself from you
After so much suffering
I’ve finally found a man that’s true
I was all by myself for the longest time
So cold inside
And the hurt from the heart it would not subside
I felt like dying
Until you saved my life


chorus 
Thank God I found you
I was lost without you
My every wish and every dream
Somehow became reality
When you brought the sunlight
Completed my whole life
I’m overwhelmed with gratitude
Cause baby I’m so thankful
I found you


I would give you everything
There’s nothing in this world I wouldn’t do
To ensure your happiness
I’ll cherish every part of you
Because without you beside me I can’t survive
I don’t wanna try
If you’re keeping me warm each and every night
I’ll be all right
Cause I need you in my life


chorus 
Thank God I found you (I’m begging you)
I was lost without you (so lost without you)
My every wish and every dream (every dream, every dream)
Somehow became reality
When you brought the sunlight (brought the sunlight)
Completed my whole life
I’m overwhelmed with gratitude
Cause baby I’m so thankful
I found you


Bridge
See I was so desolate
Before you came to me
Looking back I guess it shows
That we were destined to shine
After the rain to appreciate
And care for what we have
And I’d go through it all over again
To be able to feel this way


chorus 
Thank God I found you
I was lost without you (lost without you baby)
My every wish and every dream
Somehow became reality
When you brought the sunlight
Completed my whole life (whole life)
I’m overwhelmed with gratitude
Sweet baby I’m so thankful
I found you


chorus 
Thank God I found you
I was lost without you
I’m overwhelmed with gratitude
My baby I’m so thankful
I found you


I’m overwhelmed with gratitude
My baby I’m so thankful I found you 

Agar Menjadi Hamba yang Shalih



Abdullah bin Mas’ud, berkata ada tiga resep pokok agar kita bisa menjadi hamba yang shalih.
Pertama, laksanakanlah apa yang telah diperintahkan Allah, niscaya engkau akan menjadi orang yang paling baik ibadahnya.
Kedua, jauhilah apa yang telah dilarang Allah, niscaya engkau akan menjadi orang yang paling zuhud
Ketiga, terimalah dengan ridha rezeki yang Allah berikan kepadamu, niscaya engkau akan menjadi orang yang paling kaya

 (Abdullah bin Mas’ud rahimahullah)
Diambil dari majalah Tarbawi edisi 252 kolom Qobasat-Petikan

Hal Yang Melalaikan Manusia



Menurut Ibnu Mas’ud, ada tiga hal yang dapat melalaikan manusia.
Pertama, betapa banyak manusia yang di hukum secara berangsur-angsur melalui kesenangan yang diberikan kepadanya.
Kedua, betapa banyak manusia yang mendapat cobaan melalui pujian orang lain kepadanya.
Ketiga, betapa banyak manusia yang terperdaya karena kelemahannya disembunyikan oleh Allah swt.

(Ibnu Mas’ud rahimahullah)

Diambil dari majalah Tarbawi
Edisi 251 kolom Qabasat

Tak Masalah, Selama Kita Bisa Mengambil Pelajaran





Waktu setiap saat berjalan, memutarbalikan kehidupan kita dari satu keadaan kepada keadaan yang lain. Sedih dan bahagia, tangis dan senyum, sempit dan lapang, gagal dan sukses, barangkali sedikit warna kehidupan yang selalu datang menghampiri kita. Beragam peristiwa, dari peristiwa yang mengenakan hingga yang membuat hidup kita terasa terbelenggu, saling bergantian menyambangi kita. Berbagai keadaan terjadi secara bergiliran muncul dalam keseharian kita, menyatu dalam detak dan detik kehidupan kita.
Tak ada masalah dengan keadaan itu semua. Karena suka atau tidak suka, dia akan tetap datang tanpa kita memiliki kuasa untuk menolaknya. Tak ada masalah dengan keadaan apapun, sepanjang kita bisa mengambil pelajaran dan memetik hikmah darinya. Sebab hanya dengan cara itu kita akan lebih mengerti, lebih memahami.

Sebuah Berita yang Mengingatkan
                Allah menciptakan tanda-tanda apa saja yang dikehendaki-Nya, dan menetapkannya untuk member hamba-Nya peringatan; mengingatkannya terhadap kewajiban, menyadarkannya dari perbuatan syirik, dan menegurnya oleh sebab melanggar perintah-Nya atau melakukan yang dilarang. Allah berfirman, “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Quran itu benar. Dan apakah Rabb-mu tidak cukup (bagi kamu), bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu.” (QS. Fushilat: 53)
                Mengingatkan lewat tanda-tanda apa saja adalah hak Allah swt. Maka ia melakukannya salam hal apa saja. Termasuk dalam peristiwa-peristiwa yang kita lalui di sepanjang hidup ini, dalam derita atau bahagia, dalam suka dan duka, dalam senyum dan tangis. Semua menjadi tanda dan berita yang mengingatkan bagi orang yang mau mengambil pelajaran.
                Musibah yang ditimpakan kepada kita, atau kepada siapa saja yang Allah kehendaki, sesungguhnya itu adalah berita yang memebawa peringatan kepada semua, bahwa kita harus segera mengakhiri perilaku buruk kita, tidak boleh lagi terulang, dan tidak boleh ada yang  melakukannya lagi. Atau berita yang menyadarkan dari keterlenaan, bahwa kita harus mencari tahu perilaku buruk apa yang telah kita lakukan sehingga menyebabkan musibah itu datang.
                Ketika kita di terpa sakit, maka sakit itu biasa. Yang penting adalah mencari tahu kenapa kita sakit? Apakah Allah sedang menegur kita karena sebuah kekhilafan atau karena kita tidak bisa mensyukuri kesehatan itu dengan memeliharanya.
                Ketika kita gagal, maka gagal itu hal yang wajar. Tapi yang lebih penting adalah belajar dan mempelajari sebab-sebab kegagalan itu agar tidak terulang lagi dalam usaha kita yang berikutnya.  Mengambil pelajaran itu lebih penting dari kegagalan itu sendiri.
                Namun, kebanyakan kita seringkali menutup mata terhadap suatu peristiwa. Tak acuh dengan sebuah tragedi yang sebenarnya sebuah peringatan. Melupakan begitu saja dahsyatnya sebuha bencana yang menjadi berita akan datangnya siksa Allah yang paling besar. Padahal Allah swt bisa mencabut apa saja yang ada pada kita dengan mudahnya. Melenyapkannya seketika tanpa hambatan. Seperti yang telah Dia peringatkan, “Katakanlah: “Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebijakan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu” (QS. Ali Imran: 26-27)
                Setiap peristiwa adalah berita. Ya, berita yang mendahului dan mengingatkan kita untuk keadaan berikutnya. Sebab itu, berita tersebut haruslah dipelajari.

Ada yang Lebih Mengerti tentang Diri Kita daripada Kita Sendiri
                Sebuah keadaan yang kita terima, terjadi karena sejalan dengan situasi dan kondisi dalam diri kita. Atau bahkan karena memang diri kita sangat membutuhkannya saat itu. Itulah pengetahuan Allah yang berlaku dan menguasai hidup kita, yang mungkin tak pernah kita sadari.
                Maka jangan pernah kita melihat sisi negative sebuah keadaan yang tidak menyenangkan, yang terjadi pada diri kita. Dan jangan pula pernah ada perasaan buruk sangka kepada-Nya, apalagi menuduh-Nya telah berlaku tidak adil, jika secara kasat mata ternyata orang lain lebih beruntung dari kita. Sebab boleh jadi. Allah swt sebenarnya ingin memberi kita sesuatu yang lain, yang nilainya lebih besar dari yang diterima orang lain.
                Seorang perempuan bercerita, dahulu di masa remajanya, ia selalu di hantui perasaan kecil hati. Tatkala bersama teman sebayanya, ia merasa orang yang paling tidak beruntung. Dalam banyak sisi ia merasa paling kekurangan; materi, penampilan, pergaulan, perhatian, dukungan dan sebagainya. Ketika yang lain dibantu orang tuanya, ia harus melakukannya sendiri, sehingga di waktu bersamaan muncullah riak-riak ketidakpuasan terhadap keadaan dirinya, yang tidak hanya ditunjukan kepada orang tuanya, tapi bahkan juga kepada Sang Pencipta.
                Di suatu sore, di saat hujan lebat turun diiringi gemuruh guntur dan tiupan angin kencang. Ketika ia sedang berjalan kaki pulang ke rumah usai sebuah kursus, cuaca yang tidak bersahabat menambah kesal batinnya. Sambil berjalan pulang, perasaan sedih, kecewa, marah bergumul menjadi satu dan memuncak sampai titik paling tinggi. Dia bahkan mulai mengumpat Tuhannya, mengapa dirinya harus mengalami hidup yang mengesalkan seperti ini.
                Karena hujan begitu lebat dan jalanan dipenuhi air yang mengalir deras, tiba-tiba dia terperosok ke selokan kecil yang cukup dalam dan membuat kakinya tersangkut. Rasanya sakit luar biasa. Saat itulah seluruh kesedihan, amarah dan kekecewaan meluap keluar. Tanpa sadar ia menjerit keras, “Kenapa?!”
                Tapi yang membuatanya kemudian tersadar adalah, selembar atap seng yang terbang melewati atas kepalanya. Seketika dia berfikir, andai saja disaat yang bertepatan ia masih berjalan dan tidak terjatuh, mungkin kepala atau badannya yang bakal terhantam oleh atap seng itu. Ia pun menangis keras. Tapi bukan lagi tangisan yang disebabkan oleh kekecewaan yang meluap, bukan pula ras asakit karena terperosok  dan jatuh, melainkan kelegaan dan rasa syukur yang luar biasa, karena telah diselamatkan lewat kekinya yang terperosok. Meski kakinya penuh luka dan darah, tapi dalam perjalanan pulang, ia hampir tidak merasa sakit.
                Bermula dari itu, kekecewaan dan ketidakpuasan yang dia rasakan pun terus menghilang. Dia mulai tidak  peduli dengan hal-hal yang tadinya membuatnya kecewa. Dia mulai bergembira. Titik balik telah tercipta, yaitu ketika dia selamat dari kecelakan yang mengerikan. Itulah yang tak terlupakan. Dan ketika ia sudah memasuki masa kuliah, dia baru menyadari betapa besar manfaat didikan orang tuanya, yang mengajarkannya hidup mandiri. “Seringkali, sesuatu yang kurang enak diijinkan terjadi atas diri kita agar kita terhindar dari sesuatu yang lebih menyakitkan,” tuturnya memberi makna terhadap perjalanan hidupnya.
                Begitulah sebenarnya kehidupan kita dengan segala peristiwa dan kejadian yang menghampiri. Kita harus bisa belajar dan memahami, bahwa Yang Menciptakan kita, jauh lebih tau tentang diri kita daripada kita sendiri, dan karena itulah sebuah keadaan ada dan terjadi dalam kehidupan kita.
               
Memaksa Kita Lebih Cepat Dewasa dan Bertanggung Jawab
                Peristiwa-peristiwa yang menyambangi hidup kita ada kalanya terasa manis, ada kalanya pula terasa pahit. Ada kejadian-kejadian yang tampak indah dan menyenangkan, ada pula yang terlihat buruk dan menakutkan.
                Yang manis, indah dan menyenangkan, barangkali semua itu kita sebut kenikmatan dan karunia. Sedang yang pahit, buruk dan menakutkan, kita kemudian menyebutnya musibah. Namun yang perlu kita pahami pada diri kita, bahwa dibalik peristiwa itu ada sebuah akselerasi pertumbuhan yang terkadang tidak kita sadari. Peristiwa buruk atau baik, ternyata keduanya memaksa kita belajar. Dari keduanya kita mengambil pemahaman tentang hidup dan peristiwa yang lain.
                Bencana, sakit, dan berbagai peristiwa yang menyedihkan memberi pelajaran. Seorang anak perempuan menceritakan, ketika suatu hari ibunya tiba-tiba sakit, ia merasa kelimpungan dan tak berdaya. Banyak pekerjaan dan tugas rumah tangga yang tidak biasanya ia kerjakan, sekarang semua harus berpindah ke tangannya. Tak pernah terpikirkan ia harus menjalankan itu semua, di tambah mengurus seorang ibu yang tak bisa apa-apa.
                Tapi, lambat laun keadaan itu memberi perubahan besar dalam dirinya. Keadaan telah membuatnya mandiri, lebih cepat dewasa dan bertanggung jawab. Dia merasa bahwa Allah swt seperti “memaksa” dirinya untuk sampai ke titik itu. Dan itulah pelajaran paling besar yang dia petik selama ibunya sakit.
                Kehidupan ini memang memberikan beragam “kejadian”, untuk setiap manusia yang menjalaninya. Beberapa “kejutan” kadang kala tidak berupa suka cita, melainkan sedih dan duka yang cukup dalam. Namun, selalu ada hikmah ynag bisa diambil dari setiap peristiwa yang ada. Terlebih ketika kita yakin bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita.
                Karena itu, jika hari ini kita sedang bertanya tanya, apa yang Allah kehendaki dengan peristiwa yang sedang kita alami, percayalah bahwa semuanya ada dalam kendali Allah. Jangan buru-buru protes atau bersungut-sungut. Sebab Allah sedang mengajarkan sesuatu yang berharga untuk kita. Mungkin tidak hari ini kita bisa memahaminya, tapi besok atau lusa. Sepanjang kita mau mengambil pelajaran, jawaban itu pasti akan kita temukan.
               
Sesuatu yang Menimpa, Kadang Menjadi Pengantar Bagi Keberhasilan
                Apa pendapat kita andai hari ini kita tiba-tiba harus kehilangan pekerjaan yang selama ini menjadi penopang kehidupan kita? Barangkali kita akan menyatakan ketidaksiapan. Tapi pertanyaan berikutnya, bukankah sebuah peristiwa yang menyambangi kita memang tidak pernah menunggu kesiapan kita karena kedatangannya yang selalu tak terduga?
                Kita boleh saja mengatakan tidak siap. Didera dilema dan ketakutan. Tapi sebuah peristiwa yang mengejutkan itu seringkali justru menjadi anak tangga untuk sebuah keberhasilan yang sebelumnya tak pernah terpikirkan, namun tentu hanya bagi orang yang selalu ingin  mengambil pelajaran. Sebab, orang yang tak mau peduli dengan suatu peristiwa yang dikirimkan Allah kepadanya, tak akan mengambil sedikit pun manfaat darinya.
                Ketika terjadi krisis moneter dua tahun lalu, seoarang karyawan di sebuah perusahaan dipaksa oleh keadaan untuk mengakhiri pekerjaan yang selama ini telah memberinya materi yang cukup. Kondisi itu sempat membuatnya limbung. PHK ynag diterimanya membuat kacau pikirannya. Ada sedikit kepanikan secara tiba-tiba ia harus kehilangan penghasilan yang menjadi sumber utama nafkah keluarganya, juga untuk menutupi beberapa tagihan kredit rumah dan kendaraan yang belum rampung.
                Lelaki dua anak ini memang terus mencari kerja, tapi tentu tak mudah menyeimbangakan apa yang telah didapatnya dulu dengan keadaan sekarang yang seakan memulai semuanya kembali dari nol. Kesulitan yang datang tiba-tiba itu benar-benar menjadikan hidupnya terasa sangat berat, karena kejadiannya yang tak pernah ia duga dan tak pernah ia persiapkan.
                Maka dengan uang pesangon yang diterimanya, ia mulai berusaha sendiri. Dan ternyata usaha itu cepat berkembang dan dia kemabli menemukan kepercayaan dirinya. Dia bangkit dan bahkan lebih kuat dari sebelumnya. Saat itulah ia menyadari, bahwa ternyata Allah  swt Yang Maha Berkehendak terhadap segala sesuatu, sedang “memaksanya” untuk hidup lebih baik dari keadaan sebelumnya, dari sumber yang berbeda. Ya Allah “memaksanya” untuk memasuki dunia wirausaha, dengan modal yang datang tiba-tiba, yang tak butuh kerja keras untuk mendapatkannya.
                Tidak hanya itu, Allah juga memberi modal lain, yaitu hikmah dari suatu kejadian bahwa kesulitan yang direspon dengan sabar, tidak berkeluh kesah, dan frustasi memberi kekuatan untuk terus maju. Mudah-mudahan kita selalu menjadi makhluk yang tidak lupa bersyukur. Bersyukur dan yakin bahwa kita selalu  akan dipelihara dan diperhatikan oleh Sang Khaliq. Maka sudah sepatutnya kita sadari serta merendahkan diri kepada-Nya, serta selalu mencari tahu makna-makna yang terselubung di balik setiap keadaan yang dikirim-Nya kepada kita.
               
Setiap Peristiwa Memberi Banyak Pengetahuan
                Setiapa peristiwa dan kejadian yang kita alami, atau yang kita saksikan, atau yang kita baca sesungguhnya bukan sekedar potongan cerita dalam kehidupan kita di masa datang. Tapi ia juga menyimpan beragam petikan pengetahuan yang berguna. Ia adalah semacam peta pemandu untuk menyibak jalan-jalan berliku yang terbentang luas di hadapan kita. Al Quran mengatakan, “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran (ibrah) bagi orang-orang yang memfungsikan akal mereka. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (QS. Yusuf: 111)
                Imam Al Qurthubi menerjemahkan kata “ibrah” pada ayat di atas dalam arti yang luas. Tidak terbatas hanya pada  pelajaran semata. Lebih dari itu, ia menyebutnya sebagai sebuah bahan pemikiran, bahan peringatan, dan tentu saja pelajaran yang sangat berharga. Tidak sekadar cerita pengantar tidur, atau kalimat pembuka sebelum kita memaparkan sebuah materi, tapi juga merupakan pokok materi yang tidak pernah kering untuk dibahas.
                Maka cobalah kita simak kembali kandungan surat yang Allah katakan sebagai “kisah yang paling baik” itu. Tentu setelah itu, akan bermunculan banyak pertanyaan tentang kenapa peristiwa ini terjadi. Setidaknya kita akan bertanya. Kenapa Ya’qub as harus mendapat cobaan dengan dipisahkan dari anak yang paling dicintainya, Yusuf as. Atau mungkin kita akan bertanya, kenapa Yusuf yang berparas tampan dan menawan namun ketika diperjualbelikan hanya dijual dengan harga yang murah, bahkan orang-orang tidak tertarik hatinya kepada Yusuf. Atau juga mungkin kita akan bertanya, mengapa ketika hendak memasuki kota Mesir, Ya’kub meminta anak-anaknya untuk tidak memasukinya dari satu pintu, melainkan dari banyak pintu.
                Itu hanyalah sebagian kecil pertanyaan yang akan menggoda pikiran kita untuk mencari tahu, apa yang sebenarnya yang ingin Allah sampaikan kepada kita lewat kisah tersebut. Karena itu, pandanglah kisah tersebut sebagai sebuah lautan ilmu yang membutuhkan curahan akal dan pikiran, untuk menemukan mutiara-mutiara rahasia, hikmah, pelajaran, dan pengajaran yang terkandung di dalamnya, sebab disana sungguh ada banyak pengetahuan yang tersenbunyi.
                Seperti juga kisah Yusuf as, kisah dan peristiwa hidup kita yang sederhana, yang tidak sederamatis dan seagung perjalanan hidup seorang Yusuf as. Tapi di dalamnya, pastilah ada banyak pengetahuan yang terselip disana, yang harus kita urai sendiri lewat perenungan-perenungan kita, lewat curahan jiwa dan perasaan kita terhadap potongan-potongan cerita yang kita rajut di kehidupan kita. Karena itu jangan berhenti untuk mencari tahu dan belajar dari setiap keadaan yang kita terima, sebab Allah tidak menjadikan sesuatu sia-sia, termasuk kita dan segala yang terkait dengan kehidupan kita.
               
Kejadian Apapun, tidak Ada yang Kebetulan
                Apapun keadaan yang kita hadapi, tidak ada yang kebetulan. Sukes atau gagal, naik atau turun, atau kejadian apa saja, sesungguhnya semua adalah mata rantai dari keadaan dan peristiwa yang ada sebelumnya. Jika hari ini kita sukses, tentu karena sebelumnya kita telah melakukan kerja yang keras dan konsisten dan berkesinambungan. Sebaliknya, kegagalan kita hari ini mungkin karena kita memang belum memaksimalkan semua potensi dan kemampuan yang kita miliki.
                Akan tetapi, di luar itu kita harus memahami pula bahwa sukses dan gagal keduanya terjadi karena ada izin Allah, tidak semata karena hasil usaha kita. Ini penting untuk menguatkan kita, agar tidak cepat berputus asa manakala kegagalan itu datang berkali-kali, atau lekas berpuas diri ketika sukses telah tiba. Sebab kegagalan itu biasanya menghasilkan perasaan kecewa, sedih, tangis serta amarah, seperti kesuksesan yang terkadang membuat kita lupa diri dan takabur.
                Disinilah pentingnya kita untuk selalu bisa mengambil pelajaran dari keadaan apapun, dengan mendahulukan sikap ridha pada setiap keputusan-Nya. Allah swt yang tidak pernah menzalimi hamba-Nya, sangat naïf jika kita lampiaskan dengan menyalahkan-Nya, atau menganggap-Nya tidak adil dan pilih kasih.
                Salah pula jika kegagalan itu akhirnya memutus semangat kita, terlebih sampai membuat kita berputus asa dari rahmat-Nya yang tak terbatas. Kita perlu mengingat pesan Nabi Ya’kub kepada putra-putranya, “…dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada yang berputus asa dari rahmat Allah melainkan orang kafir.” (QS. Yusuf: 87)
                Ketika dakwah Rasulullah di kota Makkah tak dihiraukan banyak orang, beliau mengalihkan perhatiannya ke kota Thaif. Beliau berharap akan mendapat sambutan di kota itu, atau setidaknya perlindungan setelah dua orang yang setia melindungi beliau telah tiada; Khadijah dan Abu Thalib. Namun nyatanya tidak demikian. Kedatangan beliau yang telah diketahui oleh pemimpin Quraisy sebelum misi tersampaikan, justru mendapatkan rintangan yang tak terkirakan.
                Sepuluh hari Rasulullah saw berada di sana. Tapi kaum Tsaqif melempari beliau sehingga kakinya terluka. Tindakan brutal penduduk Thaif ini membuat Zaid bin Haritsah membelanya dan melindunginya, sehingga kepalanya juga terluka akibat terkena lemparan batu. Akhirnya, beliau berlindung di sebuah kebun milik ‘Utbah bin Rabi’ah. Disitulah beliau berdoa, “Ya Allah kepada-Mu aku mengadukan kelemahanku, kurangnya kesanggupanku, dan kerendahan diriku berhadapan dengan manusia. Wahai Dzat Yang Maha Pengasih lagi Mah Penyayang. Engkau lah pelindung bagi si lemah dan Engaku jualah pelindungku! Kepada siapa diriku hendak Engaku serahkan? Kepada orang jauh yang berwajah suram terhadapku, ataukah kepada musuh yang akan menguasai diriku? Jika Engkau tidak murka terhadapku, maka semua itu tak kuhiraukan, karena sungguh besar nikmat yang telah Engaku limpahkan kepadaku. Aku berlindung kepada sinar cahaya wajah-Mu, yang menerangi kegelapan dan mendatangkan kebajikan di dunia dan di akhirat dari murka-Mu yang hendak Engaku turunkan dan mempersalahkan diriku. Engkau berkenan. Sungguh tiada daya dan kekuatan apa pun selain atas perkenan-Mu.”
                Doa dan rintihan beliau didengar malaikat penjaga gunung. Malaikat itu pun berseru, “Wahai Muhammad! Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan kaummu terhadapmu. Aku adalah malaikat penjaga gunung, dan Rabb-Mu telah mengutusku kepadamu untuk engkau perinta sesukamu, jika engkau suka, aku bisa membalikan gunung Akhsyabin ini ke atas mereka.”
                Namun beliau hanya menjawab, “Bahkan aku menginginkan semoga Allah berkenan mengeluarkan dari anak keturunan mereka generasi yang menyembah Allah semata, tidak menyekutukan-Nya, dengan sesuatupun.”
                Beliau ditolak dengan amat kasar, tapi di jawabnya dengan ketulusan doa. Namun kejadian itu setidaknya telah memberi beliau pelajaran berharga, betapa pentingnya menjaga kerahasiaan dalam menerobos lahan dakwah yang baru, agar semua rintangan yang muncul dapat diantisipasi sedini mungkin. Ini terlihat pada kisah hijrah beliau dan para sahabatnya ke kota Madinah, dimana beliau sangat teliti dan hati-hati dalam mengamankan peristiwa hijrah tersebut.
                Kegagalan tidaklah berlaku untuk selama-lamanya,. Namun hanya sesaat. Sehingga keliru jika sebuah kegagalan memunculkan pesimisme  yang berlebihan. Sebab itu, seorang muslim dituntut untuk selalu bersikap optimis dalam beraktifitas. Seperti sikap Umar bin Khatab ketika ia dan para sahabat hendak memasuki sebuah kampung yang terserang wabah penyakit menular yang hebat. Dalam kisah itu disebutkan, sebagian sahabat memilih terus dan sebagian lagi memilih kembali. Umar pun  berkata, “Kita belok ke tempat lain saja.” Kemudian seorang sahabat membantah, “Hai Umar, apa kamu hendak lari dari takdir Allah?” Umar lantas menjawab, “Ya, aku lari dari takdir Allah menuju takdir Allah yang lain.” (HR. Bukhari)
                Kejadian apapun tidak ada yag kebetulan. Semua ada dalam ketentuan Allah swt, dan semua memiliki hubungan antara satu dengan yang lain. Maka menghadapi keadaan apapun, bukanlah masalah, sepanjang kita mau belajar dan memahami dari keadaan yang ada.

Diambil dari majalah tarbawi Edisi 252
Kolom Dirosat
Oleh sultan Hadi

               
               

Kamis, 09 Juni 2011

Especially For You


By MYMP

Especially for you
I wanna let you know what I was
Going through
All the time we were apart I thought
Of you
You were in my heart
My love never changed
I still feel the same

Especially for you
I wanna tell you I was feeling that
Way too
And if dreams were wings, you
Know
I would have flown to you
To be where you are
No matter how far
And now that I'm next to you

No more dreaming about
Tomorrow
Forget the loneliness and the sorrow
I've got to say
It's all because of you

And now were back together,
Together
I wanna show you my heart is oh so true
And all the love I have is
Especially for you

Especially for you
I wanna tell you, you mean all the world to me
How I'm certain that our love was
Meant to be
You changed my life
You showed me the way
And now that I'm next to you

I've waited long enough to find you
I wanna put all the hurt behind you
And I wanna bring out all the love
Inside you, oh and
Now were back together, together
I wanna show you my heart is oh so true
And all the love I have is
Especially for you

You were in my heart
My love never changed
And now that I'm next to you
No more dreaming about
Tomorrow
Forget the loneliness and the
Sorrow
I've got to say
It's all because of you

And Now were back together, together
I wanna show you my heart is oh so true
And all the love I have is
Especially for you

Together, together
I wanna show you my heart is oh so true
And all the love I have is
Especially for you

Rabu, 08 Juni 2011

Berbagi yuuuk...

  


Menjadi tua adalah sebuah keniscayaan bagi kita. Namun tak pernah ada yang tau bagaimana masa tua akan kita habiskan. Terkadang takdir membawa kita pada titik yang tak pernah terduga dan tak pernah terbayangkan.
                Seperti halnya para ibu yang telah habis masa mudanya dan memasuki masa tua ini tak pernah memimpikan, bahkan tak terbersit dalam angannya akan menghabiskan masa tua di panti jompo tanpa suami, anak dan cucu mereka. Keterasingan dan kesepian tentu menjadi teman yang setia bagi mereka. Begitulah takdir, membawa manusia sekehendak Sang Penciptanya.
                Beragam cerita yang ditemukan disini. Kisah hidup yang membuat saya banyak bersyukur kepada-Nya, meskipun saya tahu Allah tak pernah salah dalam memberikan takdir kepada hamba-Nya. Selalu tersimpan mutiara disana jika kita mau memahaminya.  
                Mereka adalah saudara kita, ibu kita juga. Maka sekali-sekali arahkan pandangan kita pada mereka di sela-sela kesibukan kita. Meskipun hanya sekedar berbagi cerita dan canda. Dengan begitu, semoga mereka bisa merasakan cinta dan kasih sayang yang kita berikan. Rasulullah saw pun menganjurkan kita untuk berbagi kasih sayang, seperti dalam sabdanya, “Perumpaan orang mukmin dalam hal cinta-mencintai,kasih sayang dan kelemah lembutan adalah bagaikan sebuah tubuh yang bila salah satu organnya menderita, semua organ yang lain akan merasakan kesakitan dan panasnya.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
                Yuuk.. berbagi kasih sayang dengan sesama J
               




Di Akhir Malam Nanti, Jangan Lupa Sampaikan Harap


Hidup kita menyimpan banyak harap, asa dan cita cita. Kita dikelilingi beragam keinginan dan kehendak, yang di padu sejumlah kebutuhan sebagai sarana. Ada harapan hidup dengan materi berkecukupan. Ada asa memiliki keluarga yang harmonis dan bahagia. Ada cita cita sukses dalam karir dan pekerjaan. Ada keinginan memperoleh kedudukan dan jabatan.

Hari-hari kita habiskan untuk mewujudkan sejumlah keinginan itu. Dua puluh empat jam waktu kita, seperti tak mencukupi untuk mengejar semua mimpi itu. Lelah yang mendera, tak kita hiraukan. Meski yang kita kejar belum jelas terlihat ujungnya.

Memiliki banyak keinginan dan harapan, tentu memiliki sisi baik. Sebab harapan dan asa itulah yang mendorong kita untuk selalu berusah dan berusaha. Cita citalah yang memaksa kita untuk senantiasa bekerja keras dan tak henti berbuat, meski tidak selalu mudah. Apalagi banyak cita-cita. Rasanya, duapuluh empat jam waktu kita terasa tidak cukup. Tapi tahukan kita, bahwa sebenarnya Allah swt menyediakan sepotong waktu yang sangat berharga untuk mewujudkan segala harap yang ada di kepala kita. Dan itulah sepertiga malam, yang lebih sering kita lewatkan.

Di Sana, Sampaikan Harap Kita untuk Karunia yang Melimpah
                Jika kita berharap Allah menambah karunia dan nikmat-Nya kepada kita, temuilah Allah di akhir malam nanti. Temuilah Allah di waktu malam, sebab hal itu bagian dari besarnya ekspresi syukur kita kepada-Nya. Dan bangun di tengah malam adalah waktu yang paling tepat untuk bersyukur, ketika kebanyakan manusia justru terlelap dalam tidurnya. Dan tidak ada syukur kecuali akan menjadi sarana menjaga karunia dan membuatnya bertambah.
                Perhatikanlah Rasulullah saw yang berdiri melakukan shalat hingga kedua kakinya bengkak. Ketika Aisyah ra berkata, “Ya Rasulullah, bukankah Allah telah mengampuni dosamu yang lalu dan yang akan datang?” Beliau menjawab rasa heran itu, “Apakah aku tidak suka disebut sebagai hamba yang banyak bersyukur?” (HR. Bukhari)
                Hadits ini adalah bukti kuat betapa qiyamullail adalah sarana paling besar untuk menyampaikan syukur dan terimakasih, dan siapakah di anatara kita yang tak menerima karunia dari Allah? Nikmat dan karunia-Nya  terasa di setiap waktu, nyata dari yang kecil hingga yang besar. Dalam rezeki yang kita makan, kesehatan yang kita nikmati, pada anak-anak kita, hidup kita dan setiap kosa kata yang terkait dengan itu. Bahkan, yang tidak tampak lebih banyak dan jauh lebih banyak. Karena itu bersyukur untuk semua karunia itu wajib bagi kita disetiap waktu dan keadaan. Dan orang yang paling berhak mendapat tambahan nikmat adalah orang yang paling banyak bersyukur. Sedang waktu bersyukur yang paling tepat adalah ketika Sang Pemberi Nikmat mendekat dan turun ke langit dunia. Karena itu Rasulullah saw menjelaskan alasan bangun malam: “Apakah aku tidak suka disebut sebagai hamba yang bersyukur?” Atau “Apakah aku tidak bersyukur kepada Allah azza wa jalla.”
                Maka bangunlah kita malam nanti. Niatkan untuk berdzikir kepada Allah, untuk meminta ampun, untuk bersyukur, karena nikmat nikmat-Nya yang terbentang di hadapan kita. Dengan itu Allah mencurahkan keberkahan-Nya kepada kita, kepada harta,  kesehatan, keluarga, anak, rumah, dan keadaan kita secara keseluruhan.

Di Sana,  Sampaikan Harap Kita untuk Lepas dari Kesulitan dan Desakan Kebutuhan
                Kita hidup menanggung banyak kebutuhan. Tak ada sedetik pun dari kehidupan kita yang lepas dari kebutuhan. Kita butuh makan, butuh minum, butuh tempat tinggal, butuh pekerjaan, butuh rasa aman, butuh kebebasan,  dan butuh yang lain–lain. Kebutuhan kita banyak, dan ada sepanjang hidup kita masih ada. Namun kita sering lupa, bahwa apa pun kebutuhan kita sebenarnya semua bertumpu kepada Allah swt. Sebab Dialah yang memberi, Dialah yang mencukupi.
                Karena kita kerap lupa, maka sering kali kita dibuat panik oleh kebutuhan. Kesulitan pun menerpa kita. Suatu kali mungkin kita pernah merasa sangat perlu terhadap sesuatu, dalam waktu yang sangat cepat, sementara kita tidak tahu harus kemana meminta bantuan, tidak mengerti harus kemana mencari jalan keluar. Padahal Allah Yang Maha Penyayang, dalam keadaan apapun selalu bersama kita. Dalam keadaan berdaya Dia ada bersama kita. Dalam keadaan kita sedang tidak berdaya, pun sebenarnya Allah lebih dekat lagi dengan kita. Dia akan membantu kita kapan saja, terlebih jika kita datang menjumpai-Nya di akhir malam.
                Seseorang bercerita, di suatu malam menjelang pernikahannya ia didera kebingungan yang sangat karena ternyata masih ada beberapa hal penting terkait dengan resepsinya esok hari yang harus ia biayai, sementara saat itu ia benar benar sudah kehabisan uang. Ada biaya keamanan dan kebersihan, ada biaya transportasi untuk penghulu, ada biaya penginapan untuk beberapa keluarganya, yang semuanya belum jelas darimana harus mendapatkannya.
                Ketika mengadukan keadaan itu kepada orang tuanya, ayahnya hanya tersenyum dan berpesan untuk bangun di akhir malam dan melaksanakan shalat tahajud.  Merasa tak ada jalan lain, nasehat itu dia lakukan.
                Di akhir malam, ia bangun lalu mendirikan shalat. Khusyuk, dan diliputi perasaan tak berdaya. Usai shalat, ia tengadahkan kedua tangannya. Ia sampaikan harapannya. Ia adukan kebutuhan dan keterbatasannya. Dengan tulus ia minta dimudahkan segala urusannya besok pagi. “Saya berserah diri kepada Allah seraya berdoa agar diberikan rezeki karena akan menikah besok. Saya pun berdoa sambil menangis sesegukan memohon ampun kepada-Nya. Segala ikhtiar sudah ditunaikan, sekarang saatnya saya berdoa kepada Yang Maha Kuasa. Semoa Allah mengabulkan segala permintaan saya yang akan menikah esok,” cerita orang itu.
                Keesokan harinya, setelah menunaikan shalat Shubuh di masjid, dari dalam rumah dia mendengar pagar rumah diketuk seseorang. Ketika melongok, di luar sana terlihat pengurus masjid hendak bertamu ke rumahnya.
                “Saya lalu mempersilahkan orang itu masuk ke ruang tamu. Setelah berada di ruang tamu, kami mengobrol sebentar , lalul tiba tiba saja orang itu memberikan saya ampolp yang berisi uang. Jumlahnya pas sekali dengan yang saya butuhkan. Subhanallah, Alhamdulillah, allahu akbar. Say amengucap syukur kepada Allah. Ternyata di pagi hari itu, Allah memberikan rezekinya lewat bapak itu dan beberapa pengurus masjid yang lain, karena tidak bias hadir dalam pernikahan saya, ” tutur lelaki itu menyambung cerita.
                Jika kita sedang dalam desakan kebutuhan, atau ada hajat yang kita kehendaki, di akhir malam nanti, cobalah bangun. Jangan lupa sampaikan harap kita untuk lepas dari desakan keadaan. Karena disana Allah sedang turun ke langit dunia, membentangkan karunia-Nya kepada siapa saja yang meminta.

Di Sana, Sampaikan Harap Terhadap Ampunan dan Kemuliaan-Nya  
                Dosa dan kesalahan itu adalah kegelapan. Perilaku kita yang sulit lepas dari dosa dan kesalahan, ibarat polusi yang setiap saat menambah kelabu cerahnya awan kehidupan kita. Semakin banyak dosa yang kita perbuat, semakin gelap hidup ini, dan semakin jauh pula kita dari Allah swt.
                Meski mungkin kita tidak menyadari, sebenarnya koleksi dosa dan kesalahan itu membuat dunia kita terasa sempit. Bahkan, boleh jadi sebagian kegagalan kita karena pengaruh dosa dan kesalahan itu. Namun begitu kita tidak perlu berputus asa, sebab Allah swt setiap saat mengulurkan tangan-Nya untuk menyambut kita kembali menerima pengakuan tulus kita terhadap dosa-dosa yang dilakukan, khususnya di sepertiga malam yang akhir.
                Jika kita ingin hidup dalam kecerahan dan keceriaan, kelapangan dan kemudahan, di sana ampunan Allah menanti. Bahkan sebenarnya ampunan itu datang mendatangi kita, tapi kadang kita tidak mengerti, sehingga lebih memilih berselimut daripada bangkit. Abu Musa Al Asy’ari mengatakan, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah swt membentangkan tangan-Nya di waktu malam, untuk menerima taubat si pelaku dosa di siang hari, dan membentangkan tangan-Nya di waktu siang untuk menerima taubat si pelaku dosa di waktu malam, hingga matahari terbit dari tempat tenggelamnya” (HR. Muslim)
                Memang tangan Allah swt selalu terbentang untuk orang-orang yang meminta ampun, di malam ataupun di siang hari. Akan tetapi. Istighfar di waktu malam lebih utama daripada istighfar di waktu siang, tetntu karena keutamaan dan keberkahan waktu sahur. Sebab Allah swt memberikan pujian-Nya pada orang-orang yang meminta ampun di malam hari, seperti disebutkan dalam firman-Nya, “Dan orang-orang yang memohon ampun di waktu sahur” (QS. Ali Imran: 17)
                Keutamaan itu mungkin karena kita lebih sulit bersitighfar di waktu sahur, maka Allah pun mengagungkannya. Disaat itu ada orang yang merasa berat meninggalkan tempat tidurnya karena nikmatnya tidur dan memelihara kantuk, sehingga tidak memperdulikan jawaban dan pengabulan-Nya. Padahal saat itu, Allah swt turun ke langit dunia dan mendekat kepada orang-orang yang meminta ampunan. Tak ada keraguan, bahwa turunnya Allah membawa keberkahan yang melimpah, yang memenuhi doa-doa orang-orang yang memohon dan taubat orang-orang yang meminta ampun.
                Kita yang melampaui batas dan banyak melakukan dosa, yang merasakan betapa sempitnya hidup ini, bangunlah! Bisikanlah dalam sujud kita dengan penuh kepasrahan dan kekhusyuan, dengan mengucap, “Astaghfiruka wa atubu ilaika. Rabbighfirli warhamni wa anta khoirurrahimin. La ilaaha illa anta subhana inni kuntu minazh zhalimin. Allahumma inni zhalamtu nafsi zhulman illa anta., faghfirli maghfiratan min’indika, warhamni innaka antal ghofururrahim”
                Jika siang tadi kita banyak mengumpulkan dosa, jangan lupa. Sekali lagi, jangan lupa. Di akhir malam nanti bangunlah mengharap ampunan Allah. Sebab ampunan-Nya telah menunggu kita. Sampaikan keinginan kita untuk diampuni, karena Dia Maha Mendengar dan Maha Menerima taubat kita, terlebih disana, di ujung malam nanti. Sebab itulah yang selalu dilakukan orang-orang shalih. Seperti itulah kebiasaan mereka, sehingga kebahagiaan dan keceriaan selalu meliputi kehidupan mereka. Rasulullah  saw bersabda, “Hendaklah kalian melaksanakan shalat malam karena shalat malam itu merupakan kebiasaan orang-orang shalih sebelum kalian; ibadah yang mendekatkan diri kepada Tuhan kalian, menutup kesalahan dan menghapus dosa” (HR. Tirmidzi)
               
Di Sana, Sampaikan Harap Kita untuk Terbebas dari Kegelisahan
                Tidak ada orang yang ingin hidupnya gelisah, batinnya tersiksa atau jiwanya merana. Yang diinginkan pastilah hidup tenang, tentram dan bahagia. Itu pula harapan dan keinginan kita semua. Tapi pertarungan yang setiap hari kita jumpai, di jalan jalan-jalan, di tempat kerja, dan dalam kondisi-kondisi yang rumit, membuahkan kegelisahan di jiwa.  
                Namun begitu ada solusi yang disediakan Allah swt untuk kita. Di sudut malam yang Dia hamparkan. Di pojok kegelapan yang membuat kebanyakan manusia lebih memilih terlelap dalam mimpinya. Bersama tahajud yag didirikan, bersama tilawah Al Quran yang kita lantunkan. Bersama dzikir dan munajat yang kita panjatkan, Allah menghampiri kita dengan ketenangan dalam jiwa.
                Qiyamullail kita di saat itu, yang dikerjakan secara ikhlas dan berkesinambungan mampu menekan stress yang kita alami. Ibnu Qayyim mengatakan, sebagian orang yang melakukan shalat kepada Allah, seperti orang yang memasuki sebuah istana raja. Tirai penghalang di hadapannya dibuka sehingga ia bisa merasakan sejuknya memandang kepada si raja, si pemilik istana. Ia bisa merasakan nikmatnya berdiri, berkhidmat dan menaatinya.  Raja kemudian memberinya hadiah bermacam-macam, setidaknya perasaan tenang dan damai berada di dekat raja tersebut. Karenanya, ia tidak ingin segera berpaling dari situasi itu. Perasaan nikmat dan kesejukan pandangan matanya, serta penerimaan raja kepadanya. Ia terus menerus memanjatkan munajat. Lalu ia memperoleh hadiah dari berbagai sisi. Seperti itulah orang yang melakukan shalat dengan khusyu; merasakan kebahagiaan dan refreshing saat menghamba kepada Allah swt.
                Shalat menyimpan kenyamanan, ketentraman dan kebahagiaan. Karena shalat seluruhnya berisi dzikir dan doa, sebagaimana dirumuskan Al Quran, pasti memberi warna yang terang dalam batin yang akan tertuang lewat kejernihan berpikir dan kelapangan menyikapi berbagai persoalan. Jika kita berharap terbebas dari stress, gelisah dan gundah gulana, dan menginginkan kebahagiaan, ketentraman dan kejernihana dalam hidup kita, jangan lupa di akhir malam nanti. Bangunlah dan berdirilah, temuilah Allah Sang Pemilik kebahagiaan dan ketenangan, lewat shalat malam, munajat dan tilawah Al Qurandi keheningan malam, di ujung kegelapan.

Di Sana, Sampaikan Harap Kita untuk Sembuh dari Sakit Yang Mendera
                Sebuah buku berjudul “Home Tested Recipes and the Secrets of Natural Healing”, yang di tulis tahun 1993 oleh beberapa penulis Amerika, menyebutkan bahwa bangun dari tempat tidur di tengah malam lalu melakukan gerakan-gerakan sederhana di dalam rumah, serta kemudian melakukan latihan olah raga yang ringan, memijat ujung-unjung kaki, tangan dan anggota badan yang lain dengan air, melakukan pernapasan, ternyata semua hal tersebut memberi manfaat yanga sangat banyak untuk menjaga kesehatan.
                Perhatikan sejenak saran-saran tersebut di atas. Di sana akan kita temukan bahwa ternyata semua itu nyaris sama dengan perilaku wudhu dan shalat yang dikerjakan di sekitar malam, seperti apa yang telah diajarkan Rasulullah saw.  Bahkan beliau sudah terlebih dahulu mengajarkan dan mempraktekannya lebih dari empat belas abad yang lalu., dan itulah baranga kali salah satu rahasia qiyamullail yang di sunahkan dalam agama kita. Bealiau saw bersabda, “Hendaklah kalian melakukan qiyamullail karena hal itu adalah kebiasaan orang-orang shalih sebelum kalian, taqarrub kepada Allah azza wa jalla, menghapus dosa, penebus bagi perbutan-perbuatan buruk, dan mengusir penyakit dari tubuh.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)
                Sorang mahasiswa di sebuah universitas di Yogyakarta, beberapa tahun lalu ia pernah menderita penyakit hepatitis C yang cukup akut. Akibat penyakit itu, tubuhnya menjadi sangat kurus, bahkan terlihat sangat sulit bernapas. Dokter yang merawatnya bahkan mengatakan kalau ia sudah kecil kemungkinan untuk sembuh. Dijelaskan kepada mahasiswa tersebut, bahwa usianya mungkin tidak akan bertahan lama.
                Meski divonis sudah tidak akan berumur panjang, namun ia tidak pernah terlihat berputus asa. Dia berusaha mengobati penyakitnya dengan setiap malam mengerjakan  shalat Tahajud. Hanya itu yang bisa ia lakukan., karena dokter sudah menyatakan kepasrahan.
                Setiap malam, di ujung gelap, dia bangaun dan menunaikan shalat dan menyampaikan harapannya untuk sembuh. Tiga tahun kemudian, mukjizat Allah berbicara. Ketika sedang berada di Jakarta dalam sebuah kunjungan, kesehatannya telah pulih, tubuhnya gemuk dan wajahnya terlihat segar dan berseri. Allah memberikan kesembuhan kepadanya setelah lama menderita sakit, lewat shalat Tahajud yang selalu ia tunaikan setiap malam.

Di Sana, Sampaikan Harap Kita untuk Meraih Kemuliaan
                Semua kita tentu ingin hidup mulia, dihargai dan bermartabat. Bukan kemuliaan yang diperoleh lantaran kita keturunan bangsawan, penguasa, pejabat atau status apa saja, tetapi karena kemuliaan yang disematkan Allah swt kepada kita lewat prestasi-prestasi amal shalih yang kita lakukan. Sebab itulah kemuliaan yang diterima Bilal ketika Rasulullah mendengar terompahnya di surga, meski awalnya hanya seorang hamba; atau seperti kemuliaan nenek si penyapu mesjid yang kematiannya dihadiahi shalat Ghaib oleh Beliau saw, atau seperti kemuliaan seorang budak belian yang doanya mengundang turunnya hujan di kota Makkah setelah dilanda kemarau panjang di Ibnul Mubarak.
                Kemuliaan itu hanya milik Allah swt, dari Allah dan untuk Allah. Maka kita tak perlu mencari kemuliaan itu dari selain-Nya, tapi carilah dari-Nya. Sebab siapa saja yang Dia muliakan tak ada yang sanggup menghinakannya, dan siapa saja yang Dia hinakan tak ada yang sanggup memuliakannya.
                Tentu banyak cara untuk mendapatkan kemuliaan-Nya. Tapi kita perlu tahu, bahwa Allah swt meletakkan sebagian kemuliaan-Nya di akhir malam. Allah swt berfirman, “Dan pada sebagian malam hari bertahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (QS. Al Isra: 79)
                Salim, salah seorang putra Abdullah, kemudian berkata, “Setelah itu, Abdullah tidak lagi tidur di waktu malam kecuali hanya sedikit.”
                Di sana, di kahir malam Allah menanti kita. Sahl bin Sa’ad ra mengisahkan, “Pernah Jibril datang menemui Nabi saw lalu berkata, “Hai Muhammad, hiduplah sesukamu karena kau pasti akan mati. Cintailah siapa saja orang yang kau suka karena sungguh kau akan berpisah dengannya. Berbuatlah sesukamu karena sesungguhnya kau dibalas dengan perbuatanmu itu. ” Jibril melanjutkan ucapannya itu, “Hai Muhammad, kemuliaan orang beriman adalah dengan shalat malam. Dan kegagalan orang beriman adalah ketergantungannya dengan orang lain” (HR Hakim)
                Kemuliaan yang diperoleh seorang mukmin melalui shalat malam, tidak hanya menyangkut kedudukannya. Tapi juga memuliakan dan memperindah tampilan fisiknya. Imam Ibnu Qayyim rahimahullah berkata, “Sesungguhnya shalat malam itu dapat memberikan sinar yang tampak di wajah dan membaguskannya.”
                Bahkan, disebutkan pula oleh Ibnu Qayyim, bahwa ada sejumlah istri yang melakukan shalat malam. Ketika mereka ditanya mengapa mereka melakukan hal itu, mereka menjawab, “Shalat malam itu dapat mempercantik wajah dan kami senang jika wajah kami menjadi lebih cantik ”
                Jika kita juga punya harapan mendapat  kemuliaan dari-Nya, maka di akhir malam nanti, bangunlah. Tanggalkan selimut kita, tinggalkan peraduan dan beranjaklah mengambil air wudhu. Setelah itu, tunaikan shalat beberapa rakaat dan berdoalah. Semoga Allah menambah kemuliaan kita.

Di Sana, Sampaikan Harap Kita untuk Mendapatkan Surga-Nya
                Asa kita yang paling tinggi, tertuju kepada surga. Tentu setelah ridha Allahswt dan cinta-Nya. Setiap kita pasti ingin perjalanan hidupnya berakhir disana. Maka tanyalah kepada semua orang beragama, yanga beriman kepada Allah atau tidak, semua tentu berharap surga menjadi stasiun akhir bagi kehidupannya.
                Tapi meraih surga tentu tidak mudah. Setelah iman, kita harus membuktikannya dengan usaha dan kerja keras, lewat ibadah dan amal-amal shalih. Sebab tidak ada cita-cita yang diraih tanpa usaha. Tidak ada impian yang diperoleh atanpa kelelahan, terlebih surga yang merupakan puncak dari segala kesungguhan dan pengorbanan, serta balasan dan perhitungan.
                Maka orang-orang yang benar asanya, kuat harapnya, dan jujur pada cita-citanya untuk mendapatkan surga, akan melakukan untuk mendapatkannya. Perhatikanlah pujian Allah kepada mereka, “Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka diantara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak mengubah (janjinya).” (QS. Al Ahzab: 23)
                Jika kita tidak memilih gugur, mudah-mudahan kita termasuk orang yang menunggu, yang selalu memegang teguh janji dan asa itu, dan menjadikan qiyamullail di penghujung malam sebagai salah satu cara untuk meraihnya. Sebab orang-orang yang membiasakan shalat malam adalah orang-orang yang berbuat ihsan dalam ibadah, sehingga layak untuk medapatkan rahmat dan surga. Al Quran menyebutkan, “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa ada di dalam surga dan dekat dengan air yang mengalir. Sambil mengambil apa yang diberikan oleh Tuhan mereka. Sesungguhnya mereka sebelum ini di dunia adalah orang-orang yang berbuat baik (ihsan). Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun kepada Allah.” (QS. Adz Dzariyat: 15-18)
                Allah manjadikan bangun dan shalat malam kita sebagai kendaraan menuju kesana, Allah mengangkat derajat hamba-Nya dengan itu, menyediakan kamar-kamar istimewa Karena bagun malam. Diriwayatkan dari Abu Malik Al Asy’ari ra, bahwasanya Rasulullah saw bersabda, “Sungguh dalam surga terdapat kamar-kamar yang bagian dalamnya terlihat dari luar dan bagian luarnya terlihat dari dalam. Kamar-kamar itu Allah sediakan untuk oaring yang memberi makan, melembutkan perkataan, mengiringi puasa ramadhan, menebar salam dan sibuk dengan shalat malam disaat manusia terlelap tidur” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)
                Abdullah bin Salam ra pernah bercerita, “Pada waktu Rasulullah saw tiba di Madinah, orang-orang menyambut dengan ucapan, “Rasulullah saw tiba! Rasulullah saw tiba! Begitulah suara teriakan terdengar. Aku pun datang bersama banyak orang, Karena ingin melihat Beliau. Setelah bisa melihatnya dengan jelas, akupun tahu bahwa wajah Beliau bukanlah wajah pendusta. Dan sabda Beliau yang pertama kali aku dengar adalah, “Wahai manusia, sebarkanlah salam, berilah makan, sambunglah kekerabatan dan shalatlah disaat manusia terlelap tidur pada saat malam  niscaya engkau akan mendapatkan surga, kampung keselamatan ” (HR. Ibnu Majah)
                Maka jika kita punya harap yang kuat mendapatkan surga, bangunlah  di akhir malam nanti. Sampaikan harap kita disana, lewat shalat, tilawah dan munajat kita kepada-Nya. Semoga setiap keinginan, harap dan cita-cita kita, segera diwujudkan Allah swt.

Diambil dari majalah Tarbawi
Edisi 251 kolom Dirosat