Minggu, 10 April 2011

Terimalah Kelebihan dan Kekurangan


Diambil dari: Majalah Tarbawi edisi 233

Kolom Ruhaniyat

Telitilah, pikirkanlah tentang orang orang hebat itu. Yang mengukir hidupnya dengan tinta yang selalu nyata dalam lembar lembar sejarah. Telitilah sekali lagi dari sisi yang berbeda.

Kepandaian, keulungan, kehebatan, keluarbiasaan seseorang, bagaimanapun tetaplah dia manusia. Kita mungkin terpana dengan kehebatannya yang jarang dimiliki orang lain. Kita mungkin juga terkagum kagum dengan kebiasaannya yang tak banyak dipunya orang selainnya. Tapi, bagaimanapun ia tetap manusia.

Ada orang yang Allah swt berikan kemampuan berpikir dan menganalisa begitu dalam dan tajam dalam suatu masalah, tapi ia hampir tak mampu berbicara dan menyampaikan pandangannya dengan baik. Atau, kebalikannya, ada orang yang begitu mahirmenyampaikan pikirannya, sementara ketajaman pikiran dan analisanya bisa dikatakan standar saja. Ada orang terkenal murah hati, mudah member dan penuh belas kasih terhadapa orang yang memerlukannya. Tapi di sisi lain, ia penakut, penuh khawatir terhadap kemungkinan, dan cenderung memilih diamketimbang melakukan sesuatu yang baik tapi beresiko. Ada orang yang kaya dan memilki harta yang banyak, tapi ternyata ia mempunyai saudara yang miskin. Atau ada orang yang menghapal Al Quran dan bahkan banyak menghapal haidts haidts Rasulullah saw, tapi ia tak memiliki obsesi atau semangat berdakwah. Sementara ada orang yang semangat dan obsesi dakwahnya begitu tinggi, tapi ia minim hafalan Al Qurannya dan ilmu keislamannya. Apa yang kita pahami dari semua realitas ini?

Mari kita perhatikan sisi sisi hidup seperti itu, pada diri para ulama dan salafushalih. Adalah Imam Jalaluddin Al Mahalli seorang tokoh besar bermadzhab Syafi’I. Dia lah yang menulis buku tafsir terkenal berjudul “Al jalalin”. Tapi tahukah kita? Imam Jalaludin dalam riwayatnya disebutkan sebagai ulama yang lemah dalam hafalan. Disebutkan, beliau berupaya menghapal satu bagian dari satu buku, dan itu memerlukan waktu lama sekali. Sampai satu pekan lamanya, ia bahkan belum bisa menghapal satu lembarpun dari buku itu. Bahkan, karena upaya dan keseriusannya menghapal, iapun mengalami sakit demam dan mengeluh  pusing yang sangat di kepalanya. Ia pun lalu menyatakan, gagal menghafal buku yang ingin dihafalnya.

Ada pula Imam As Suyuti ra, Siapakah yang tak pernah mendengar nama ulama yang banyak menganalisa hadits haidts Rasululllah  saw ini? Ternyata Imam As Suyuti adalah orang yang sangat lemah dalam hitung menghitung. Atau, tokoh sekaliber Imam Ibnu Taimiyah yang pakar dalam ilmu hadits, fiqih, mengajar, menyampaikan fatwa sejakbeliau masih berusia 17 tahun. Bahkan Ibnu Taimiyah juga mendalami ilmu tafsir dan beragam ilmu Islam lainnya. Tapi, ia tidak memiliki ilmu qiraat atau ilmu pembacaan Al Quran yang berbeda beda.

Ada kisah lucu terkait hal ini, tentang Syaikh Khudhari Bek ra. Ia seorang ulama yang banyak menulis kitab tentang sejarah Rasulullah saw, sejarah para Kulafa Ar Rashidin, sejarah Daulau Umawiyah dan Abbasiyah. Ali Thanthawi memiliki kisah tentang  Khudhari Bek, katanya: “Syaikh Khudhari di akhir akhir usianya mengalami sakit. Ia menduga bahwa di dalam usus perutnya terdapat ular. Syaikh Khudhari berusaha melakukan konfirmasi tentang dugaan itu kepada dokter. Ia juga bertanya ke sejumlah ulama. Tapi umumnya mereka segan menerangkan penyakit yang di derita Syaikh Khudhari. Dengan maksud bergurau, mereka mengatakan, “di dalam ususnya ada sarang cacing, tidak mungkin sarang ular.” Tapi Syaikh Khudhari tidak percaya. Ia pun mencari ahli kedokteran yang kebetulan ahli kejiwaan. Setelah menyampaikan kisah dan keluhannya, sang dokter berusaha menerangkannya dengan menjadikannya tidak sadar. Setelah sadar, seorang dokter meletakan seekor ular kecil di hadapannya dan menggambarkan ular seperti itulah yang selama ini menjadikannya sakit. Melihat ular itu, air muka Syaikh Khudhari berseri seri. Tubuhnya menjadi segar dan ia merasa sehat bahkan bisa berjalan dan berloncat. Setelah sebelumnya ia mengeluh sakit. Setelah itu, Syaikh Khudhari tidak pernah sakit lagi (Shuwar wa Khowatir li syaikh Thanthawi, 17-26)

Kita umumny apernah mengenal nama Dale Carnegie. Ia tercatat telah memberikan sebanyak 150 ribu pidato dalam partisipasinya di berbagai program pendidikan. Ia mengenbangkan kursus keterampilan dasar hubungan antar manusia. Salah satu prinsipnya yang paling terkenal adalah: Lihatlah sesuatu dari perspektif orang lain. Berikan penghargaan dengan jujur dan tulus serta empati. Tapi ternyata Dale Carnegie bukan sosok yang dianggap sukses membina komunikasi di dalam rumah tangganya. Pernikahan pertamanya berakhir dengan perceraian, lalu ia menikah lagi yang berakhir dengan perceraian.

Apa yang kita pelajari dari semua hal ini? Kepandaian dan keluarbiasaan di satu sisi, yang menyimpan aib dan kekurangan di sisi lain. Kehebatan yang mengagumkan banyak orang yang menutupi sisi kelemahan dan megherankan banyak orang. Semuanya meneguhkan dan menunjukan bahwa tak ada yang sempurna dalam hidup yang diciptakan Allah swt. Tidak ada kesempurnaan, keluarbiasaan, kehebatan sejati kecuali milik Allah swt.

Ketidak sempurnaan ini adalah milik kita semua. Dan itu menyebabkan tak satupun dari kita layak menyandang rasa sombong atau prestasi, pendapat atau pemikiran atau apapun. Itu sebabnya juga Allah swt meski menempatkan Rasulullah saw di tempat yang sangat mulia di hati kita namun Rasulullah juga bersabda: “Innii basyarun ansaa kamaa tansauun,” aku ini adalah manusia yang bisa lupa sebagaimana kalian juga.

Barangkali, hikmah lain yang penting juga kita sadari adalah, tidak begitu mudah  mengagungkan sosok orang secara berlebihan, srbagaimana tidak gampang menjatuhkan vonis yang merendahkan dan menjatuhkan oarng yang semula dikenal mempunyai kelebihan. Menerima, bahwa seorang yang dimudahkan Allah swt memiliki sebuah keistimewaan, tetap memiliki kekurangan, yang tidak menghapus keistimewaannya itu.

Pujilah Allah swt atas karunia-Nya yang luar biasa kepada kita. Dan bertanyalah pada diri sendiri, apa yang sudah kita tulis di lembar lembar hidup kita sekarang


Tidak ada komentar: